Hampir Sama

Semula serasa biasa saja, lama-lama bingung juga, mengapa yang dulu merah menjadi putih, yang hijau menjadi coklat bahkan cenderung abu-abu. Ketidakpastian alam semesta atau kegalauan yang berkecamuk tak tentu arah. Apalah arti semua ini bila hanya untuk saling membandingkan, saling usik, tendensius, bahkan menebar aroma persaingan terselubung yang tidak sehat dan tidak sewajarnya.

Dari luar nampak biasa-biasa saja, setelah mendekat baru terasa aroma nyentrik nan elegan, melebihi kapasitas fenomena hiruk pikuk di Surabaya. Semakin lama difikir maka akan semakin bingung, logika sama sekali tidak berempati untuk menunjukkan keabsahannya, bahwa semua itu memang betul adanya. Sosok manusia dan manusianya yang sekedar bermodal sedikit skill dan keberanian untuk tampil, telah mengubah semua dugaan sementara yang belum tentu sinkron dengan otak kirimu.

Aduhai, Amboina, sungguh menakjubkan para punggawa desa itu, yang dulu disanalah aku dilahirkan, disanalah aku dibesarkan, disanalah aku bermain bersama mereka, bercanda ria, bersenda gurau, saat bertemu, memang hampir sama. Aku dengan mereka, aku dengan dia, aku dengan kamu , bahkan aku dengan para cecunguk itu yang aku sendiri juga tidak tahu siapa para cecunguk itu. Mungkin hanya makhluk hayalan sebagai pelipur lara, dahaga sebuah kesuksesan.

Nyatanya hingga detik ini semua nampak jelas didepan mataku sendiri, inilah mereka, inilah dia, inilah kamu, inilah punggawa-punggawa desa itu yang kelihatannya sama namun ternyata tidak sama, karena hanya hampir sama, ya terrnyata memang hampir sama.
Apa kunci dari semua ini ?, kesabaran, keuletan, bim salabim, atau entah apalah namanya itu. Aku benar-benar terperangah dibuatnya, belum kutemukan jawaban yang pasti. Atau mungkin alam semesta ini tidak ada yang pasti, gonjang ganjing, belepotan atau lurus-lurus saja. Karena semua yang Nampak memang kelihatan hampir sama. Entahlah…!

By : cakyoudee

Artikel Terkait: